Asperger, OCD, dan Arsitektur

Judul : Garis Lurus
Penulis : Arnozaha Win
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2019
Halaman : 296 halaman

Blurb:

Tidak banyak yang tahu Miko Satrio menjalani hidup yang tidak mudah sebagai pengidap asperger dan Obsessive Compulsive (OCD). Ia kesulitan memahami hal yang berkaitan dengan rasa dan imajinasi. Pemikirannya benar-benar selogis 1+1=2. Bahkan terkadang orang-orang sekitar melihatnya bagai robot yang tak berperasaan.

Tapi benarkah begitu ?

Sebuah surel dari klien misterius meminta Miko terlibat dalam pembangunan vila di Bali. Tak disangka, itu menjadi awal jejak masa lalu yang membawa Miko ke titik terbaik dalam hidupnya.
Mempertemukannya kembali dengan orang-orang yang mengajarinya bahwa garis arsitektur tidak selalu lurus. Orang-orang yang mengajarinya tentang rasa. Tentang menjadi manusia. Dan di atas segalanya, mengajari tentang cinta.

Cinta bisa sederhana. Bisa rumit. Tapi bagi pengidap asperger seperti Miko, cinta bisa mengancam jiwanya.

*****

Sekian perkenalan bukunya. Dari sini, akan dibahas mengenai bagaimana Miko, seorang pengidap asperger ditambah OCD menghadapi hidupnya sampai menjadi orang yang sukses.

Pertama-tama, perlu teman-teman ketahui apa itu asperger dan apa itu OCD. 

Dilansir dari aladokter.com, Asperger atau Sindrom Asperger adalah gangguan neurologis atau saraf yang tegolong ke dalam gangguan spektrum autisme. Gangguan spektrum autisme (autism spectrum disorder) atau yang lebih dikenal dengan penyakit autisme merupakan gangguan pada sistem saraf yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Berbeda dengan sindrom autism lainnya, penderita asperger cenderung jenius dalam bidang yang dicintainya, namun, tidak pandai berkomunikasi. Tidak pandai berkomunikasi dalam artian, mereka minim ekspresi, tidak peka, serta mereka tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Misal, saat seseorang melontarkan sindiran, seorang aspies (sebutan untuk penderita asperger) tidak akan mengerti dengan hal tersebut, malah sebaliknya, menyahuti dengan jawaban yang sebenar-benarnya. 

Info lengkap mengenai asperger, bisa dilihat di sini.

Sedangkan OCD atau Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan mental yang menyebabkan penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang. Bila tidak dilakukan, penderita OCD akan diliputi kecemasan atau ketakutan.

Kalau menurut saya, OCD ini sejenis perfeksionis. Jadi segala sesuatunya harus sesuai dengan tatanan yang ada. Lebih lengkapnya, bisa dibaca di sini.

Nah, sekarang mari kita bahas mengenai Miko, si arsitek robot.

Cerita membahas dua puluh tahun sejak Miko lulus kuliah. Dia sudah mampu membangun jasa konsultan sendiri di Jakarta. Sukses pula. Dia juga punya bawahan yang bisa diandalkan. 

Ceritanya, Rina, asisten pribadi Miko, mendaftarkan bosnya dalam sebuah award yang digelar di Jerman. Award-nya ini, khusus pagelaran award untuk arsitek di seluruh dunia. Ada satu sesi dimana Miko harus memberikan pidato. Dalam pidato tersebut, Miko mengakui dirinya sebagai Asperger dan seorang OCD serta bagaimana dia menghadapi kesulitan-kesulitan di hidupnya.

Selama pidato, Miko mengalami yang namanya eror. Iya, seperti komputer yang tiba-tiba mengalami no responding selama beberapa menit (untuk Miko kasusnya sekitar tiga menit). Dan dalam menit-menit tersebut, kenangan Miko selama berkuliah di ITS satu persatu mulai terkuak, bersamaan dengan cerita cinta pertamanya. 

Miko ini, termasuk salah satu aspies yang sangat beruntung. Dia memiliki ibu yang sabar, pengertian, serta perhatian. Di saat Miko menyerah pada dunia serta memilih berhenti sekolah, ibunyalah yang dengan sabar meyakinkan Miko. Bahwa dia berbeda dan dia mampu menghadapi dunia yang bukan dunianya. 

Oh, di dalam cerita, Miko sangat percaya diri mengakui kalau dia aspies dan OCD. Dia juga tidak keberatan dikatai alien. Karena menurutnya, yah, dia memang alien, makhluk yang seharusnya tidak berada di dunia manusia. Mungkin ini juga salah satu gejala asperger. Dimana pengidapnya tidak mempunyai rasa, jadi dia cuek saja dikatai macam-macam oleh teman sekampusnya.

Selain ibunya, Miko punya teman-teman yang sangat peduli dengan keadaanya. Ada RH, Made, juga Dream. Secara fisik, ketiga temannya ini berbeda dengan mahasiswa lainnya. Nyentrik, mungkin kata itu yang cocok untuk menggambarkan mereka.

Dengan bantuan teman-temannya ini, Miko menghadapi dunia perkuliahan yang, kita tahu sendiri, belum setoleransi itu terhadap seseorang yang berkebutuhan khusus, in fact.  Tolong jangan komen, "enggak kok di tempat aku blablabla". Nanti kita bahas di akhir.

Teman-temannya ini juga yang membangkitkan rasa dalam diri Miko yang sudah seperti program komputer. Hanya melakukan apa yang sudah seharusnya. Komputer, mau banjirnya Jakarta sudah seperti lautan juga, dia mana mau peduli. Kira-kira begitu, gambaran kasar seorang Miko.

Bagaimana teman-temannya membangkitkan rasa dalam diri Miko?

Semua berawal dari tugas PP, Perumahan Pemukiman (tolong jangan tanya mata kuliahnya bagaimana, karena saya bukan anak asri). Kelompok mereka ditugaskan untuk mencari kawasan di Surabaya yang paling tidak diinginkan di warga. Setelah putar-putar, ketemulah mereka sama satu kawasan, TPA Keputih. 

Meski Miko menolak tempat ini, disertai drama yang mana Miko pingsan di atas kotoran ayam dan didiamkan selama satu jam. Iya, temannya tega emang. Tapi akhirnya, Miko mulai menerima proyek ini dengan syarat, dia pergi ke TPA pakai APD. Atau mereka menyebutnya dengan baju astronot.

Di sini Miko bertemu dengan anak perempuan berusia delapan tahun yang terobsesi dengan apel tapi tidak mau diberi apel. Dia ingin mendapatkan apel dengan usahanya sendiri. Dari sinilah Miko merasa mempunyai kesamaan dengan anak tersebut. Namanya Seroja. Dan dimulailah petualangan-petualangan kecil Miko bersama Seroja di TPA Keputih. Biarpun harus pakai baju astronot.

Miko belajar bertoleransi dengan adanya Seroja, belajar mencinta dengan adanya Made, belajar bahwa di dunia ini ada beragam banyak rasa yang belum pernah dia coba. Termasuk patah hati, kecewa, juga kehilangan.

Pada saat Miko belajar tersenyum dengan benar, merasakan yang cinta tulus, dia harus kecewa dan patah hati dengan keputusan Made yang memilih beasiswa S2 ke Jepang daripada menemani Miko di Indonesia. Dengan bantuan teman-temannya, Miko sadar bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang dia sayang, bagaimana orang tersebut tidak akan pernah bisa kita ajak berdiskusi, tertawa, serta membahas hal remeh temeh. Kematian Seroja mengubah segalanya, termasuk persahabatan Miko, RH, Made, juga Dream.

Namun, dari sanalah Miko belajar banyak hal. Belajar menerima, belajar mengikhlaskan. Enggak semua yang kita inginkan, berjalan dengan semestinya. Banyak faktor yang mendukung serta menghanciurkan keinginan tersebut. Maka, mengikhlaskan serta menerima, membuat kita lebih berdamai dengan keadaan. Daripada terus memaksa serta sakit hati sendiri, kan.

***

Nah, sekarang, izinkan saya memberikan persfektif saya sendiri mengenai novel ini serta tugas terakhir RCO ini.

Pertama, sebenarnya saya pengen nangis pas dapat tema untuk tingkat terakhir ini. Yaampun, kenapa harus psikologi, kan. Tema berat, bukunya juga rata-rata tebal, enggak ada yang tipis. Udah searching sana-sini, rekomendasi bukunya itu-itu aja. Hamdalah ketemu bukunya Arnozaha. Pengen nangis bahagia rasanya.

Temanya psikologi, tapi isi ceritanya ringan sekali. Jadi 300 halaman ini habis dalam dua hari saja. 

Nah, mengenai cerita ini, dari awal cerita sudah ketahuan bagaimana alurnya, endingnya. Terus yang ingin saya komentari serta sudah saya sebut-sebut di atas sebenarnya, tokoh Miko memiliki segudang keberuntungan dalam menghadapi Asperger serta OCD-nya. Dari ibu yang pengertian sampai teman-teman yang mendukung dan memahami keadaan Miko.

Untuk sebuah cerita, novel ini menghibur sekali dengan bercandaan teman-teman Miko, serta respon Miko sebagai alien yang menanggapi bercandaan manusia. Lucu. Kita juga diberikan pengertian mengenai, bagaimana menghadapi seorang aspies, bagaimana menghadapi orang-orang OCD, serta bagaimana indahnya dunia arsitektur. Kan saya jadi belajar soal apa-apa yang ada di arsitektur. Intinya, di samping menghibur, Garis Lurus juga memberikan pembelajaran serta pandangan baru mengenai asperger. 

Sekian.

Ah, akhirnya tugas terakhir :"D
Berakhir pula kewajiban baca serta membuat ulasan seperti ini. Thanks to me yang udah serius sekali ikut RCO 9 ini. Dari mulai cari buku dengan tema-tema tertentu, bikin tugas lebih cepat dan lebih niat, serta konsisten laporan biarpun cuma tiga puluhan halaman. You did well~

Buat teman-teman RCO lainnya, selamat sudah ditahap ini. Kalian luar biasa, sudah mampu menyisihkan waktu buat baca, buat bikin tugas. Biarpun kita ngeluh (saya aja ini mah kayaknya, wkwk), tapi tetep bisa sampai ke tahap ini.

Terima kasih juga buat semua PJ yang sudah dengan sabar menjawab pertanyaan peserta yang kadang bingung harus baca buku apa, nyarinya di mana, sudah sesuai tema atau belum. Pokoknya, kalian yang terbaik.

Semoga di masa depan nanti, saya masih bisa ikut RCO lagi~ Aamiin~

See you~ ;*

#RCO9
#OneDayOnePost 
#ReadingChallengeODOP9

7 komentar:

  1. Memang, jenis penyakit apa pun adalah bentuk ujian dan kasih sayang TUHAN. Di sini, mungkin cara TUHAN untuk menjadikan kita berpikir bahwa cinta kasih itu bisa menyembuhkan. Apalagi jenis mental illness yg butuh perhatian lebih dari sekitarnya. Semoga miko-miko lain di luar sana pun beruntung menemukan keluarga yg tulus dan menyayangi mereka..

    BalasHapus
  2. Kalau OCD udah sering denger tapi Asperger baru denger. Makasih ulasannya dan tetap semangat membaca 💪

    BalasHapus
  3. kebanyakan penderita asperger memang jenius sih, kendala di sosialnya

    BalasHapus
  4. Sering denger nih soal OCD. Menarik ceritanya kak. Jadi pengin ikutan baca

    BalasHapus
  5. Perjuangan sekali ya kak untuk tugas terakhir RCO ini, tema kesehatan mental ini lumayan ngeri-ngeri sedap.
    luckily Miko punya support system yang baik sehingga bisa melalui perjuangan dengan OCD dan asperger-nya

    BalasHapus
  6. Hmmm, terlepas ini dari cerita buku, sering melihat dan mendengar gini sih, penderita begituan memang jenius aja gitu, tapi di sosialnya berat
    :'

    BalasHapus

Asperger, OCD, dan Arsitektur

Judul : Garis Lurus Penulis : Arnozaha Win Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2019 Halaman : 296 halaman Blurb: Tidak banya...