Tak Ada yang Sia-sia

"Bisakah, kamu nggak usah pergi?"

Kening Rambang berkerut begitu bersitatap denganku. Sesuatu yang tidak mengherankan kala kamu bertemu dengan orang asing. Saat kamu keluar rumah, hendak menyiapkan mobil seperti yang dititahkan sang Ayah, lalu menemukan seorang gadis yang mengatakan hal yang tidak-tidak, kamu patut curiga. Itu yang Rambang lakukan. Apalagi malam menjelang dini hari seperti ini.

EL

Tantangan Fiksi

Tema: Hewan Peliharaan

***

“Kamu akan selalu jadi peliharaanku. Karena itulah tugasmu.”

***

Satu di antara sepuluh orang yang mengepungnya menerjang ke depan. Mengacungkan belati. Yang serangannya dengan mudah dipatahkan. Tendang tangan yang memegang belati, kemudian tendang kepalanya dengan kaki lain. Selesai.

Putih

Tantangan Fiksi Pekan kedua
"Hewan Peliharaan"

***

"Putih"

Aku menggeram, menyalak, namun tidak menghentikan manusia-manusia jahanam ini menyentuh tuanku. Mereka malah mengangkat lalu melemparkan tubuhku dengan mudah. Rasa sakit tubuhku saat menghantam tembok tak sesakit yang dirasakan tuanku saat ini. Dia menangis, meraung, berontak. Namun tubuh kecilnya, tak mampu menandingi tenaga lima pria paruh baya.

Tuanku ….

Tuanku ….

Tuanku yang malang ….

Stalker dan Bunga Matahari

Bunga matahari = Stalker Matahari

Kalea tertawa kecil membaca chat dari temannya yang segera dia balas dengan kalimat begini, “Kenapa bisa begitu? XD”

Padahal menurutnya, bunga matahari adalah bunga yang paling romantis. Mawar? Romantis juga, namun dalam hal yang berbeda. Setidaknya, begitu menurut Kalea.

Mirip kamu yang hobi ngintilin, Irvine.

Balasan kembali datang, membuat Kalea terdiam sebentar. Benarkah?

“Iya, yah?” ketiknya. Lalu Kalea menekan ikon kirim tanpa berpikir ulang.

Itu aku nyarkas, dodol ==

Childish Master (2)


(Tantangan Fiksi: Deskripsi)

Hutan bambu yang menjadi medan fighter power kali ini tidak menguntungkan sama sekali bagi Jonghee. Lembab tanah serta becek dimana-mana membuatnya terjatuh berkali-kali. Bahkan sedetik setelah menghantam tanah, tanpa sempat menghela napas, Jonghee sudah dikejutkan dengan serangan lanjutan. Sebuah sepatu berada tepat di depan wajahnya. Kalau saja dia tidak segera berguling ke samping kanan, mungkin bakal ada cetak sepatu di wajahnya. Tidak elit sama sekali. Nahasnya, Jonghee tidak memerkirakan jarak antar pohon bambu yang berakibat buruk pada tubuhnya. Tapi masih untung menghantam pohon ketimbang terus berguling lalu berakhir melayang bebas ke jurang. Jonghee mengaduh, namun tidak punya cukup waktu buat merajuk. Hey, dia punya musuh buat dikalahkan.

Akibat hilang konsentrasi dan tidak waspada membuat Jonghee kena batunya. Gadis tersebut terkena mantera. Parahnya, mantera kutukan.  Sembari menerima beragam serangan fisik setelah berhasil berdiri sebelum kena hantam kaki lagi, Jonghee memikirkan jalan keluar atau lebih tepatnya, cara mematahkan kutukan yang disarangkan padanya. Tapi apa?! Serangan fisik? Jangankan menyerang balik, terkena kutukannya saja, Jonghee sudah sesak rasanya. Tubuhnya serasa habis dihantam truk tronton, biarpun dia belum pernah ditabrak truk tronton. Jatuh dari lantai dua kayaknya lebih tepat menggambarkan kondisi tubuh Jonghee saat ini. Dan semakin lama kutukan itu bersarang ditubuhnya, makin sakitlah badan Jonghee.

Childish Master


(Tantangan Fiksi: Deskripsi)

Belum lama aku bersanding dengan tuanku. Terhitung sejak bulan Januari. Atau mungkin beberapa hari sebelum pergantian tahun. Yang kuingat, matanya berkaca-kaca kala pertama kali kita bertemu. Seperti menemukan oasis di tengah padang pasir. Tapi menurutku itu terlalu berlebihan. Karena, apalah artinya keberadaanku di hidupnya. Malah akan mengambat segala rutinitas yang sudah berjalan sebelum kehadiranku. Tidak, tidak. Aku serius. Dalam hitungan satu dua bulan, rutinitas tuanku bakal berantakan.

Mau bukti? Coba dengarkan (atau dalam hal ini baca baik-baik)!

Game vs RCO

Kailyn tersentak karena sang kakak membuka pintu kamarnya dengan tidak berperikepintuan. Dibuka paksa lalu dibanting seenak jidat.

“Kamu ikutan, RCO?” tanyanya setengah membentak.

Kailyn yang kembali fokus pada layar ponselnya tak menatap ke arah Karma ketika menjawab. “Iya, memangnya kenapa?”

“Ngapain kamu ikut-ikutan segala?” Karma yang tidak suka diabaikan, merebut paksa ponsel dari genggaman Kailyn. Pekik protes gadis tersebut tak terhindarkan.

Asperger, OCD, dan Arsitektur

Judul : Garis Lurus Penulis : Arnozaha Win Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2019 Halaman : 296 halaman Blurb: Tidak banya...