Hopeless

Pertempuran mungkin sudah selesai. Tapi bagi Jonghee, semua itu seperti sia-sia belaka. Dia tidak dapat menikmati kemenangan yang susah payah digapainya.

Dimensi yang berhasil membuatJonghee, menyurutkan nafsu makannya. Bahkan selama di sana, dapat dihitung jari berapa kali Jonghee mengunyah makanan atau berapa banyak air yang dia tegak. Meski, terang yang menyilaukan serupa cahaya matahari di tengah padang pasir, tak membuat Jonghee kepanasan sama sekali. Cenderung sejuk, dengan semilir angin yang datang dari segala arah. Membuatnya kesulitan menentukan mata angin.

Hope And Sacrifice

“Seharusnya kamu bergabung dengan rombongan. Di sini bukan tempat yang aman.” Dengan sisa tenaga yang ada, dengan lemah Kim Jonghee bersuara. Meski sebelumnya cukup terkejut, namun Jonghee tidak punya cukup tenaga untuk memaki Ahn Sehoon.

“Bagaimana mungkin aku meninggalkan tunanganku,” tukas Ahn Sehoon yang mengambil tempat di samping Jonghee. Tembok sisa bangunan cukup kokoh menopang dua punggung manusia. Puing-puing bangunan yang berserakan, tak Sehoon acuhkan.

Diperhatikan dengan seksama wanitanya. Memar di sekujur tubuh, darah kering di pelipis, juga tangan kanannya yang kehilangan fungsi.

Missing You

Dia tidak pernah mengira, hidup di bawah bayang-bayang seseorang akan sebegini menyiksanya.

***

Seperti biasa, pada saat bubar jam pulang, Ahn Sehoon sudah akan ada di pelataran kantornya. Menunggunya dengan sabar, meski kadang cuaca tidak bersahabat. Kecuali, saat dingin tak bisa dikompromi.

Dengan senyum terkembang, dia melambai heboh ke arah Sehoon yang berdiri di tepi jalanan, di samping mobil sedan kesayangan.

Miss You

"Ada apa?" merasa terus dipandangi, Ahn Sehoon melemparkan tanya. Tatapannya melirik sekilas hawa yang duduk di seberang meja. Memerhatikannya bekerja sejak tiga puluh menit yang lalu.

Tangannya terus berkutat di atas keyboard laptop sementara rungu menunggu jawaban dari sumber tanya. Hampir satu paragraf yang Sehoon ketikkan sementara gadis itu terus bergeming.

Manjadi Asing Kembali

"Apa kita pernah bertemu?" Seiji menghentikan langkah Kaena yang tengah berjalan ke arah dojo.

Tiga detik pertama tidak ada jawaban dari Kaena. Hanya tatapan penuh selidik. Kemudian dengan yakin gadis itu menjawab, "Tidak. Kita tidak pernah bertemu sebelum ini."

Hidup Normal?

Musuh terus berdatangan. Menggantikan yang sekarat, mengacukan senjata berbilah tajam. Jumlahnya ratusan, mungkin ribuan. Rasanya tidak mungkin menghitung satu persatu musuh di tengah perang.

Sementara itu, di sisi berseberangan, jumlahnya kian menyusut. Bersyukur bukan ajal yang menjemput, melainkan dibawa para healer untuk disembuhkan. Setidaknya, jangan sampai ada jatuh korban. Itu yang dipesankan Kepala Akademi, selaku komandan utama pasukan Edentria.


Foo dan Rapat

Foo, si peri cahaya, mengumpulkan semua anggota keluarga Kim (Jonghee bersikeras bahwa mereka anggota keluarga, bukan peliharaan). Di halaman belakang asrama, di samping Guard Sunrise. Bahkan, Will sampai dikeluarkan dari kamarnya. Padahal wujudnya hampir mengalahkan lemari pakaian.

"Ini gawat! Benar-benar gawat! Nggak bisa ditolerir lagi!" sayap transparsn mengepak cepat di punggung. Foo terbang mondar-mandir selayaknya orang yang menunggu lahiran.

Will, si Griffin, melenguh di naungi rindang dedaunan Mother of Plantae. Gil, si bocah emas, memerhatikan dengan seksama gerakan peri yang menjadi sulung di antara anggota Kim. Sedang Kkamjong, anjing siberian husky yang nyaris berumur, mendeking saat Alvina, si kucing persia, menggosok-gosokkan kepala ke lehernya.

Tak ada satupun dari anggota keluarga Kim yang dapat berbicara (juga normal, sepertinya) kecuali Foo. Biarpun begitu, Foo tetap mengumpulkan mereka. Entah mereka mengerti atau tidak.

"Gara-gara Dia, kita jadi diabaikan. Jonghee tidak pernah memerhatikan kita lagi. Kita sudah dibuang!" Seru Foo berapi-api.

Vampir dan Kelelawar Jadi-jadian

Manusia mencoba melawan vampir, cari mati namanya. Tapi demi kepentingan misi, semua itu harus dilalui. Maka, berangkatlah sekelompok kecil manusia fana.

Aku tidak ingat bagaimana bisa bergabung dengan kelompok elit ini. Mereka punya teleport yang bisa membawa mereka kemana saja dalam sekejap mata. Sedangkan aku? Anak bawang yang sok-sokan mau jadi pahlawan.

Bahkan, untuk pergi ke tempat tujuan misi, aku sampai harus menumpang bepergian. Semoga mereka tidak merasa terepotkan. Dan aku yakin memang demikian.


Kim Jonghee, Anak Beda Dunia

Kim Jonghee, alay tapi penuh kenangan.

Dia karakter pertama yang saya lahirkan. Diawali dengan banyak sifat mendung, Jonghee berkembang menjadi seseorang yang tidak terduga. Terima kasih pada KA Runa yang membuatnya demikian. Jonghee tumbuh jadi gadis cantik, baik hati, penuh kasih sayang serta semua sifat protagonis, ada padanya.

Dasarnya Jonghee ini karakter RP (role player), saya sedikit kesal dengan tuntutan banyak orang mengenai bagaimana seorang Jonghee harus bersikap. Tidak boleh marah, nyinyir, apalagi berkata kasar. Padahal karakter Jonghee saya ciptakan sebagai manusia, bukan dewa.

Pengenalan, Awal dari Perjumpaan

Hm, hm ...

Assalamu'alaikum, wr, wb~ ^^

Blog ini dibuat dalam rangka nge-ODOP dua bulan ke depan~ :D

Hola~ Hola~ ^^

Masih amatiran dan belajar, hehe. Jadi belum ada yang istimewa selain postingan-postingan yang bikin pembuatnya bahagia, wuahahah XD


Just enjoy! ^^

And don't forget give review~ :D

Asperger, OCD, dan Arsitektur

Judul : Garis Lurus Penulis : Arnozaha Win Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2019 Halaman : 296 halaman Blurb: Tidak banya...