Miss You

"Ada apa?" merasa terus dipandangi, Ahn Sehoon melemparkan tanya. Tatapannya melirik sekilas hawa yang duduk di seberang meja. Memerhatikannya bekerja sejak tiga puluh menit yang lalu.

Tangannya terus berkutat di atas keyboard laptop sementara rungu menunggu jawaban dari sumber tanya. Hampir satu paragraf yang Sehoon ketikkan sementara gadis itu terus bergeming.



Sehoon mendongak, bertemu tatap dengan gadisnya. Helaan napas keluar dari bibirnya tak lama kemudian. Melepas kacamata yang membingkai mata, Sehoon meraih lengan Jonghee yang menopang sebelah kepala gadis tersebut.

"Jonghee-ya?" panggil Sehoon.

Jonghee tersentak. Sadar Sehoon sedang memandanginya. Tertangkap basah sejak tadi yang dilakukan Jonghee hanya melamun.

"Jadi dari tadi kamu melamun?" Sehoon mendengus sambil melemparkan lengan Jonghee yang dipegangnya.

Ada nada sebal di sana. Pemuda itu kemudian kembali berkonsentrasi oada pekerjannya. Tidak peduli lagi Jonghee terus memerhatikannya atau tidak.

Bukan maksud Jonghee sebenarnya melamun saat memerhatikan Sehoon. Dia hanya ... tenggelam di lautan luka dalam. (Bukan!) Dia terlalu hanyut pada kenangan yang tiba-tiba datang. Tentang bagaimana dia bisa dekat dengan Sehoon, hingga seperti sekarang.

Tentang keduanya yang bahagia, menertawakan hal sepele, hingga melempar senyum satu sama lain. Semua itu terkubur dengan padatnya pekerjaan satu tahun kemudian.

Kapan terakhir kali mereka liburan berdua. Mengisi waktu dengan kemesraan, saling berbagi canda dan tawa. Menukar hal-hal konyol kemudian menertawakannya.

Kapan terakhir kali wajah itu tersenyum?

Jonghee belum pernah lagi melihat Sehoon tersenyum. Bahagia. Apalagi tertawa.
Setiap hari pemuda itu pulang larut. Besoknya, pagi sekali harus pergi lagi.

Nonton di malam minggu kalau sempat. Menikmati akhir pekan kalau mau. Karena Sehoon memilih kembali berkutat dengan pekerjaan seperti sekarang ini.

Bahkan, Jonghee yang sudah memerhatikan sedemikian rupa, hanya mendapat sedikit perhatiannya. Dan lagi-lagi pekerjaan jadi prioritas.

Memang sih, Jonghee juga tidak jauh berbeda. Namun, diakhir pekan gadis itu berjanji untuk tidak memegang pekerjaan.

"Ini harus segera rampung, Jonghee-ya," seringkali Sehoon beralasan demikian.
Mungkin yang kali ini juga.

Sehoon tidak tahu. Jonghee sangat, sangat, sangat merindukannya.

Beranjak dari duduknya, Jonghee membawa serta pergi bangku yang sejak tadi menahan beban tubuhnya. Sehoon yang lagi-lagi sekilas melirik, tak begitu memerdulikan apa yang akan dilakukan Jonghee dengan bangku tersebut.

Tahu-tahu bangku tadi pindah posisi. Tepat di samping kursi Sehoon. Detik berikutnya, Jonghee sudah menghempaskan diri di sana. Memeluk Sehoon dari samping, menempatkan kepala di tulang belikat.

"I miss you," bisik Jonghee. "I miss you so much."

FIN

#OneDayOnePost
#ODOPBatch5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Asperger, OCD, dan Arsitektur

Judul : Garis Lurus Penulis : Arnozaha Win Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2019 Halaman : 296 halaman Blurb: Tidak banya...