(Tantangan Fiksi: Deskripsi)
Hutan bambu yang menjadi medan fighter power kali ini tidak
menguntungkan sama sekali bagi Jonghee. Lembab tanah serta becek dimana-mana membuatnya
terjatuh berkali-kali. Bahkan sedetik setelah menghantam tanah, tanpa sempat
menghela napas, Jonghee sudah dikejutkan dengan serangan lanjutan. Sebuah sepatu
berada tepat di depan wajahnya. Kalau saja dia tidak segera berguling ke
samping kanan, mungkin bakal ada cetak sepatu di wajahnya. Tidak elit sama
sekali. Nahasnya, Jonghee tidak memerkirakan jarak antar pohon bambu yang
berakibat buruk pada tubuhnya. Tapi masih untung menghantam pohon ketimbang
terus berguling lalu berakhir melayang bebas ke jurang. Jonghee mengaduh, namun
tidak punya cukup waktu buat merajuk. Hey, dia punya musuh buat dikalahkan.
Akibat hilang konsentrasi dan tidak waspada membuat Jonghee
kena batunya. Gadis tersebut terkena mantera. Parahnya, mantera kutukan. Sembari menerima beragam serangan fisik
setelah berhasil berdiri sebelum kena hantam kaki lagi, Jonghee memikirkan
jalan keluar atau lebih tepatnya, cara mematahkan kutukan yang disarangkan
padanya. Tapi apa?! Serangan fisik? Jangankan menyerang balik, terkena
kutukannya saja, Jonghee sudah sesak rasanya. Tubuhnya serasa habis dihantam
truk tronton, biarpun dia belum pernah ditabrak truk tronton. Jatuh dari lantai
dua kayaknya lebih tepat menggambarkan kondisi tubuh Jonghee saat ini. Dan semakin
lama kutukan itu bersarang ditubuhnya, makin sakitlah badan Jonghee.
“Jong, kalau kamu nggak ngelawan, kamu bisa mati loh,” kata
si kakek tua Kou Sosuke. Jangan percaya tampangnya yang awet muda begitu! Begitu-begitu
juga Kou Sosuke umurnya sudah lebih dari seribu tahun (kayaknya).
Serangan Kou Sosuke—si pemberi kutukan—terhenti. Pedang bambu
a.k.a shinnai yang digunakannya buat menyerang Jonghee habis-habisan sejak tadi
menggantung di sisi kanan tubuhnya. Tangannya yang lain berkacak pinggang. Santai
sekali, heh! Ingin rasanya Jonghee melumat kakek itu, sayangnya dia bukan
zombi, bukan juga werewolf. Dia manusia biasa yang bercita-cita jadi knight
padahal kemampuannya cetek sangat. Jangankan bertarung pakai senjata, tangan
kosong saja Jonghee babak belur. Jadi ingat battle ecek-ecek yang dia adakan
sendiri di West Beach. Kalau tidak salah, Jonghee pulang bawa luka. Di pinggang
lagi.
Tapi sepertinya kali ini Kou Sosuke serius bertarung. Padahal,
tempo hari kakek tua itu masih pakai hati. Bilang bisa dirajam anak Sunrise
kalau Jonghee pulang babak belur. Halah, pencitraan! Awas saja, nanti Jonghee
lapor Candy.
Jonghee meludah ke samping kanan. Bibirnya sobek kena hantam
ujung pegangan shinnai. Rasa darah di mulutnya menganggu sekali. Punya sihir
restorasi tidak berguna buat diri sendiri, how masokis sekali.
Setelah genap berdiri, Jonghee menumpu punggung ke sepatang
pohon bambu. Memegangi sebelah lengannya yang nyaris patah. Kena injak kakek
kalau ingatan dia masih bagus. Jonghee masih tidak mengerti, bagaimana bisa Kou
Sosuke senafsu ini menghajarnya di ajang Fighter Power bulanan. Jonghee punya
salah? Punya hutang? Apa si kakek tua ini sedang pms? Hm. Jonghee jadi
penasaran.
“Kakek udah siap kena hajar anak Sunrise?” tanya Jonghee
pakai nada sedikit dibuat manja. Sedikit loh, yah.
Kou Sosuke tersenyum tipis. Bahkan nyaris tertawa. Matanya sampai
sipit pula. “Nggak apa-apa, nanti saya kutuk juga mereka,” jawabnya.
Alamak! Mimpi apa Jonghee semalam sampai bertemu lawan
begini.
Kursor di layar berkedip-kedip. Menanti pergerakan jemari
yang mengomandonya mencipta sederetan kata. Sepuluh detik berlalu belum ada
tanda-tanda tuan mau melanjutkan tulisan (dalam hal ini ketikan) yang tengah
dia kerjakan. Menghela napas, tuan mengklik ikon save, lalu mengeluarkan
lembar kerja yang sejak tiga puluh menit lalu menyita atensinya. Hah, beginilah
kalau punya tuan selabil anak abg. Baru beberapa paragraf dia sudah kehilangan
minat. Bukan sekali dua kali. Banyak lembar kerja yang baru separuh dia
kerjakan dan sepertinya belum ada niat buat diteruskan.
Rasa-rasanya aku mengerti kenapa tuan banyak mengetik jenis
tulisan seperti ini, juga koleksi buku-buku di kamarnya. Sepertinya tuan
terobsesi sekali jadi manusia dengan beragam kemampuan superpower. Pengaruh
games? Sepertinya tidak.
Pssst, aku punya rahasia. Jadi tuanku ini sudah ikut ajaran
sesat bertahun-tahun. Bukan sesat yang seperti itu loh. Tuan ikut rolepalyer
yang mengharuskan dia menciptakan sebuah karakter lalu memainkan peran karakter
yang diciptakannya tersebut. Nama karakternya? Tidak perlu aku jelaskan, semua
orang juga pasti sudah tahu. Selain dituntut memainkan karakter, tuan juga
dituntut buat mengerti hal-hal di luar nalar manusia. Termasuk sihir-sihiran. Heung~
aneh-aneh saja. Mana ada battle-battleannya juga lagi. Sudah seperti sekolah di
novel Harry Potter saja.
Karakternya ini sekarang sudah level lima. Padahal kemampuan
menulisnya nol besar. Apalagi jika harus menulis scene battle. Heu,
kelihatan sekali level tidak memengaruhi kemampuan menulis.
Lalu, apa dong yang berpengaruh dari keikutsertaannya dalam roleplayer
ini? Hm, kalau menurutku sih berpengaruh pada style menulisnya. Ide-idenya
juga scene belibet yang dibuatnya. Sayangnya, tuanku betah-betah saja
tuh. Dasar, manusia!
Tuh, lihat! Tuan bukannya mengerjakan tugas tantangan malah
guling-guling tidak jelas. Kapan dia mau tobat?
#OneDayOnePost #ODOPBatch5 #TantanganFiksi #PekanI #Ganbatte
Keren kok deskripsi scene battlenya.. Ayo bikin cerita fantasi mbak..biar aku belajar sekalian gimana bikin cerita genre fantasi..
BalasHapusAaaaa~~~ ><
HapusAyo belajar bareng~ ><
Aku masih kaku banget ini, huhu u.u
Hahaha...
BalasHapusMakin keren aja si Teteh satu ini ya ;-)
Tetep belum bisa seluwes kamu, huhu~ u.u
HapusMakasih udah mampir~ ><
Tuan ayo dikerjain tantangannya jgn cuma guling-guling ga jelas 😂😂😂😂 nah petualangan jonghee return 😊
BalasHapusMuehehe~ XD
HapusAku ngga bisa bikin deskripsi diri bun~ puyeng~ ><