Kaylyn membenturkan kepala berkali-kali ke meja. Di atasnya
laptop menyala, menampilkan lembar kerja yang kosong melompong. Putih
selayaknya kanvas yang menunggu goresan. Bedanya, lembar kerja Kaylyn menanti
kata-kata yang tertuang di sana.
“Bisa tenang sedikit, tidak?” Karma datang dengan geram di
ujung kepala karena suara yang Kaylyn timbulkan sungguh menganggunya.
Kaylyn tidak membalas. Dia masih tenggelam dalam moment
autis di mana hanya ada dia dalam dunianya.
“Hey!” Karma yang tidak tahan membentak, lantas menarik rambut
perempuan tersebut hingga kepalanya mendongak. Menatap ke arah matanya yang
menyiratkan kekesalan yang kentara.
“Kalau punya masalah, jangan libatkan orang lain!”
“Aku tidak membuat masalah,” jawab Kaylyn dengan wajah sok
inosen. Atau dibuat-buat inosen.
“Lalu apa yang sejak tadi kamu lakukan?”
“Menjedotkan kepala.”
Kalau membunuh orang tidak dosa, mungkin Karma sudah
menghantam kepala Kaylyn ke ujung meja. Seperti yang dilakukannya sejak tadi.
“Kamu tahu tidak, yang kamu lakukan itu menganggu orang
lain?”
Kaylyn berkedip. Sekali. Kemudian menjawab dengan wajah sok
polosnya. “Siapa?”
Emosi Karma sudah diujung tanduk. Untuk ingat siapa yang
dihadapinya hingga pemuda tersebut tidak tega melakukannya terlalu keras. Karma
mengantukkan kepala Kaylyn yang mendongak ke arah meja. Tidak sampai membentur
kok. Karma masih sayang soalnya.
“Tentu saja aku, bodoh! Menurutmu siapa lagi yang tinggal di
sini.”
“Ada ibu juga ayah.”
“Dan mereka sudah pergi satu jam yang lalu ke rumah sakit.”
“Oke, lalu apa hubungannya aku menjedotkan kepala dengan
menganggumu.”
Kadang Karma suka bingung. Waktu hamil, ibunya membayangkan
siapa sih sampai wujudannya seperti Kaylyn sekarang.
“Suara benturannya itu menganggu sekali, Kay! Kamu tahu,
besok aku ada tes dan harus belajar!” Boleh tidak Karma terjun sekarang?
Kaylyn, kakak kembarnya ini mengesalkan sekali.
“Oh.” Hanya itu! Tidak ada yang lain!
“Aku juga ada tugas. Membuat essai lima ratus kata. Tapi
tidak ada ide sama sekali di kepalaku. Aku berharap dengan menjedotkan kepala,
bakalan ada ilham yang nyangkut,” celoteh Kaylyn yang memandangi layar laptop
dengan nelangsa.
“Kalau begitu kenapa tidak lakukan hal yang wajar saja buat
nyari ide. Dengerin lagu kek, baca buku, atau baca berita sekalian!” setelah
mengatakan demikian diikuti geraman yang tidak disadari Kaylyn, Karma berlalu
dari kamar sang kakak. Kembali ke kamarnya, melanjutkan membaca materi yang
dirasanya percuma.
Dia sudah unmood.
“Tapi, kalau baca nanti aku buang-buang waktu, Kar?!” ini
Kaylyn yang berseru, dari tempatnya duduk. Menembus tembok hingga sampai ke
kamar Karma yang berada di sebelahnya.
“Terserahmulah!” adalah kata yang Karma ucapan dari balik
bantal.
Kalau kesal, dia lebih suka tidur. Biar cepat lupa, dari
pada marah-marah pada orang yang tidak ada sangkut pautnya.
Masa bodolah dengan tes besok.
FIN
#OneDayOnePost
#ODOPBatch5
Iya ini curhat. Pusing juga ternyata mikirin ide, hehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar