Gadis Asing

Mungkin, kalau Jay tidak datang, Karna bakal terbaring di rumah sakit dengan segenap luka memar di sekujur tubuh.

Mungkin, kalau Karna tidak ikut campur, dia tidak akan mendapat sedemikian banyak luka.
Tapi Karna adalah Karna.

Saat bibir berucap A, tak ada yang bisa menentangnya.



"Aku nggak ngerti kenapa, tapi nekadnya kamu kadang bikin elus dada," komentar Madea yang tidak sengaja, berkunjung ke kost-an Karna. Ada Jay juga di sana, di dekat pintu yang dibiarkan terbuka. Menghisap berbatang-batang rokok yang seakan tidak ada habisnya.

Madea baru saja selesai menempelkan handsaplast di pelipis kanan Karna. Membersihkan lecet di tulang pipi, sudut bibir, juga rahang yang kena hantam.

Karna diam seribu bahasa. Masih dongkol sepertinya. Saat perkelahiannya dengan para preman sialan harus dihentikan.

Sementara itu di pojok ruangan, sesosok gadis dengan pakaian putih lusuh, duduk memeluk lutut. Tak ingin kontak mata dengan siapapun. Dia hanya ingin berdua, bersama Karna. Lalu mengucap kata terima kasih yang tak mungkin sempurna terdengar.

"Di mana rumahmu?" Karna bertanya, pada gadis tersebut. Mengabaikan Madea yang telah berbaik hati memerhatikannya. Membuat perempuan itu menghela napas. Lelah dengan Karna dan kekeras kepalaannya.

Gadis yang tidak diketahui namanya, tidak tahu rimbanya, melirik tanpa mendongak. Gadis itu mengkerut di tempat. Tak mau menjawab.

Detik bergulir. Tak ada kata yang mengalir. Hingga Madea mulai tidak betah berlama-lama dalam hening yang meraja.

"Mungkin dia masih syok, jadi wajar saja," Madea bersuara sambil menepuk-nepuk paha Karna yang memar. Laki-laki itu meringgis. Madea tersenyum penuh kemenangan.

"Ayo kita bersihkan tubuhmu, kebetulan aku bawa baju ekstra. Tidak apa-apa, aku tidak akan berbuat jahat kok," Madea mencoba meraih tangan gadis tersebut yang ditanggapi dengan defensif. Kian mengkerut merapat pada dinding.

"Tidak apa-apa. Nenek sihir ini tidak sesuai dengan tampangnya." Madea menoleh cepat, tidak terima dengan panggilan Karna untuknya.

Anehnya, gadis tadi melonggarkan pertahanan. Melepas lilitan tangan, menggapai ke arah tangan Madea yang terulur.

"Yang dikatakan Karna benar. Kamu nggak perlu takut. Justru cowok itu yang patut kamu waspadai." tidak seperti Madea, Karna mengabaikan olok-olok wanita tersebut. Malah dengan santai meraih bungkus rokok tak jauh dari tempat duduknya.

Kost-an Karna tidak memiliki fasilitas kamar mandi sendiri. Jadi, untuk urusan mandi serta badaniah lainnya, harus rela berjalan sejauh lima meter ke selatan. Madea mengantar gadis tadi ke sana. Sambil menunggui dia mandi, Madea pergi ke mobilnya sebentar. Mengambil persediaan pakaian yang biasa disimpannya di bagasi belakang.

Di dalam kamar mandi, sambil mengucurkan air ke tubuh polosnya, gadis tadi bergumam tanpa bersuara. Mengulang kata yang didengarnya dari wanita tadi.

'Karna.'

'Karna.'

'Karna.'

FIN
#ONEDAYONEPOST #ODOP

10 komentar:

  1. Balasan
    1. Alhamdulillah~ ><

      Makasih sudah mampir kak~ :D

      Hapus
  2. Wah malah penasaran cerita selanjutnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh, padahal belum jelas ini plotnya mau dibawa kemana, hehe~ ><

      Makasih bunda sudah mampir~ ^^

      Hapus
  3. Balasan
    1. Sudah dilanjut dong~ ><
      Hihi

      Makasih udah mampir~ :D

      Hapus
  4. Hmmm ... bikin PR nih buat nunggu kelanjutannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. PR Banget emang bikin cerita gantung gini.. Hihi~ ^^

      Makasih udah mampir~ ^^

      Hapus
  5. Balasan
    1. Sudah ada lanjutannua dong~ XD

      Btw, makasih udsh mampir~ ><

      Hapus

Asperger, OCD, dan Arsitektur

Judul : Garis Lurus Penulis : Arnozaha Win Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2019 Halaman : 296 halaman Blurb: Tidak banya...