Kamu Tidak Sekecil Itu


Sejatinya, apa yang kita lihat belum tentu sama dengan apa yang sebenarnya.

Memperbincangkan K-Pop seperti tidak ada habisnya. Meski tidak sebooming empat tahun lalu, namun eksistensinya masih bertahan sampai sekarang. Bahkan pemerintah menjalin kerjasama dengan salah satu perusahaan asal negeri gingseng sana sebagai dampaknya, loh.

Tapi tentu saja, dampak yang paling terlihat ada pada muda-mudi kita yang memuja oppa-oppa tampan asal Seoul, Korea Selatan. Tidak sedikit yang terang-terangan menunjukkan dirinya sebagai K-popers (sebutan untuk fans K-Pop), banyak juga yang diam-diam saja. Tidak sedikit juga masyarakat yang memandang mereka sebagai sosok anak alay atau berlebihan, banyak juga yang mencap mereka sebagai muda-mudi yang tidak cinta bangsa sendiri. Bagi saya, banyak hal positif menjadi seorang K-popers yang tidak diketahui banyak orang.

Kreatifitas seorang K-popers patut diacungi jempol. Mulai dari video lirik, blog cantik, sampai fanfiction atau fiksi penggemar.

Kalau sedang iseng, coba saja dilihat di youtube, beberapa video karya K-Popers. Tidak sampai pembuatan video lirik saja, kadang, ada beberapa penggemar yang merelakan waktu, tenaga dan keahliannya untuk memberikan terjemahan pada beberapa video variety show oppa-oppa tampan dari negeri gingseng tersebut. Passion atau kecintaan mereka pada oppa-oppa tampan ini, membawa mereka untuk menggali mencari tahu hal-hal yang tidak diajarkan di sekolah. Dunia pervideoan tentu tidak mudah. Perlu sederet aplikasi yang sulit di pahami sampai timing penempatan lirik dengan lagu yang sedang berjalan. Atau timing terjemahan dengan yang tengah diucapkan.

Selain itu, K-popers dipaksa untuk bisa membaca artikel berbahasa inggris. Untuk mengetahui kabar-kabar terbaru idol mereka serta berkomunikasi dengan fans K-Pop lintas Negara.

Seorang K-Popers juga rajin menabung dan pintar mencari peluang mencari uang. Bisa dari berjualan merchandise antar sesama penggemar K-Pop sampai buka jasa titip pembelian tiket konser.

Yang tidak pernah terpikirkan juga tidak masuk diakal adalah, bagaimana para K-Popers ini menjadi termotivasi hanya dengan menggemari atau mengagumi sesama makhluk ciptaan Tuhan. Selain memotivasi diri sendiri, mereka juga saling memotivasi satu sama lain.

Mungkin masih hangat dibenak kita semua tentang kasus kematian salah satu idol Korea, Kim Jonghyun. Banyak orang yang menghujat K-Popers, banyak juga yang membela. Sampai Penulis sekelas Boy Candra angkat bicara, serta salah satu dosen universitas ternama di Indonesia bersuara.

Dari hujatan yang mereka terima, K-Popers bersatu padu membuktikan bahwa mereka penggemar yang tidak boleh diremehkan.

Sempat menyerepet soal Palestina, atas nama mendiang Jonghyun, K-popers mengumpulkan lebih dari dua ratus juta rupiah untuk kemudian disumbangkan ke negeri Palestine.

Setidaknya, uraian di atas membuktikan bahwa seorang K-Popers tidak melulu memikirkan oppa-oppa tampan yang menjadi idaman. Tapi juga mengeksplor kemampuan mereka untuk mereka curahkan pada apa yang mereka cintai.

Negatifnya?

Tentu tidak kalah banyak.

Namun, tulisan ini bertujuan untuk memotivasi K-Popers yang berkecil hati diluar sana. Merasa dikucilkan oleh lingkungan karena apa yang mereka cintai tidak dimengerti oleh orang-orang disekitar mereka.

Kalian tidak aneh juga alay seperti yang katakan orang-orang. Buktikanlah! Dengan kecintaanmu pada satu hal, dapat memberikan dampak positif pada kehidupanmu.

FIN

#OneDayOnePost
#ODOPBatch5



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Asperger, OCD, dan Arsitektur

Judul : Garis Lurus Penulis : Arnozaha Win Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2019 Halaman : 296 halaman Blurb: Tidak banya...