The Lost Part

Jonghee baru saja selesai melakukan serangkaian tes saat Dr. Roman mengatakan dia baru saja kedatangan tamu. Kening Jonghee berkerut. Siapa yang mengunjunginya? Seingat Jonghee semua keluarganya sudah pernah datang.

Mungkinkah?

Jonghee tidak mau berharap. Apalagi saat melihat Gil berdiri di samping pintu kamarnya dengan wajah tidak bersahabat. Kemudian, rekannya melebur ke dalam titik-titik cahaya. Tanpa berkata-kata. Hanya melirik sekilas ke arah Jonghee, sang tuan.

Dari sekian banyak orang yang dikenalnya, Jonghee tidak pernah mengira dia yang akan datang.

"Seonhee?" tubuh Jonghee sekaku patung. Bahkan kata-kata yang keluar dari mulutnya, tak lebih dari sebuah gumaman. Tapi, masih bisa didengar Seonhee, tamunya.

"Hai, Jonghee! Senang melihatmu tampak... sehat," Seonhee bersuara. Tidak yakin harus berkata apa. Karena basa-basi bukan tujuannya.

"Senang bertemu denganmu juga, Seonhee!" balas Jonghee yang beranjak menuju tepian ranjang. "Duduklah," tunjuk Jonghee pada sofa yang berseberangan dengan tempat tidurnya.

Seonhee mengangguk kemudian duduk di tempat yang ditunjuk.

"Maaf, aku tidak bisa menjamumu dengan baik." ringgis Jonghee yang tidak menemukan meja, atau sekedar air kemasan yang bisa disuguhkan.

"Bukan masalah. Aku tidak akan lama," Seonhee menggantung ucapannya. Memerhatikan dengan seksama Kim Jonghee, rivalnya. "Aku akan langsung saja," sambar perempuan tersebut.

"Selama kamu pergi, aku dan Sehoon, kami kembali dekat. Dan sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan. Aku tidak tahu kamu akan datang di saat seperti ini." Seonhee berhenti. Menelisik reaksi Jonghee.

Jonghee tertawa kecil. Jenis reaksi yang tidak Seonhee duga.

"Aku bahkan tidak tahu berapa lama aku menghilang," dipandanginya jemari berbalut sendal ruangan yang menggantung di sisi tempat tidur. Kemudian pandangannya kembali bertemu Seonhee di seberang ruangan. "Kamu tahu, sulit menentukan segala hal di dunia yang tidak kita kenal. Aku dan Gil, hanya berharap bisa kembali pada kepastian. Masih ada yang harus kami lakukan, yang kami cari." Jonghee dapat merasakan dingin emas putih yang melingkar di jemari kirinya. Harusnya, sejak hari pertama kedatangannya, juga sejak kabar pernikahan Seonhee-Sehoon sampai di telinga, Jonghee melepas cincin tersebut.

"Aku sangat bersyukur bisa kembali. Dan sangat bersyukur, keadaan berjalan lebih baik dari yang kuduga. Jadi, kamu tidak perlu khawatir. Aku harus melakukan hal lain dengan Gil. Dengan kamu ada di samping Sehoon, aku tidak harus mengkhawatirkan apa-apa." mengakhiri kalimat panjangnya, Jonghee tersenyum.

Jenis senyum yang Seonhee benci.

Benci dengan kepalsuan yang tersembunyi.

Sejak netranya menangkap siluet Seonhee, Jonghee sudah tahu maksud kedatangan perempuan tersebut. Meski tujuan kembalinya Jonghee adalah Sehoon, melihat bagaimana sinar di mata Seonhee membuat hati Jonghee berdenyut.

Maka Jonghee harus memilih. Melepas dan merelakan. Mungkin memang harusnya demikian.Membuat Jonghee leluasa mencari Edentria.

Bukan begini reaksi yang Seonhee inginkan. Harusnya Jonghee marah. Harusnya Jonghee kesal. Harusnya perempuan itu menghajarnya sekarang. Seonhee telah berani merebut tunangannya, bahkan menikahinya. Di saat Jonghee berjuang untuk bisa kembali ke dunia ini, perempuan itu malah mendapati tunangannya akan menikah.

"Jong—“

"Jangan." cegah Jonghee. Kilat di mata Seonhee sudah menjelaskan segalanya. "Jangan. Lebih baik begini. Sejak awal, aku yang mengambil Sehoon darimu. Pada akhirnya, dia akan kembali pada yang seharusnya." Lagi-lagi Jonghee tersenyum. Dan Seonhee kian membencinya. Membenci dirinya. Membenci takdir yang mengikat mereka dalam keadaan yang sulit.

Tanpa berkata apa-apa lagi Seonhee pergi. Meninggalkan Jonghee dengan lubang menganga di hati.

"Jadi ... itu keputusanmu?" seperti jin dalam botol, Gil muncul dengan tidak terduga.

Bersandar di sudut kamar dekat jendela. Dengan tangan bersidekap, tatapannya terarah ke ujung-ujung sepatu di bawah sana.

"Gil," panggil Jonghee. "Ayo pergi ke taman bermain."

Dan Gilgamesh tahu, dia tidak bisa mendebat tuannya.

"Lotte World terdengar menyenangkan." laki-laki tersebut mendongak, memperlihatkan senyum congkak kesukaan Jonghee.

Petualangan mereka berdua masih panjang. Patah hati bukan sesuatu yang dapat menghalangi jalannya begitu saja.

Fin

#OneDayOnePost

#ODOPBatch5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Asperger, OCD, dan Arsitektur

Judul : Garis Lurus Penulis : Arnozaha Win Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2019 Halaman : 296 halaman Blurb: Tidak banya...