Arthawidya

Pernah, suatu kali Karna ingin sekali merutuki Jailani dengan segala macam kata makian yang ada. Saat Karna masih menekuni pekerjaannya yang 'itu'. Ada satu pelanggan yang tidak mungkin dia lupa selain Madea.

Berkali-kali Karna mencocokkan perempuan di depannya dengan foto yang dia terima dari Jailani. Bahkan Karna menelepon pemuda tersebut memastikan informasi yang sampai ke ponselnya.

"Oi, jangan bercanda kamu?"


'Serius, itu fotonya!' pekik sebuah suara di seberang sana.

"Beri aku nomor teleponnya!" Karna mematikan sambungan telepon. Memandang heran ke hadapan perempuan yang menatapnya serba salah.

"Anu ... itu ... memang benar kalau aku yang ... memesanmu," katanya dengan raut gugup yang kentara.

"Tunggu, saya yakin ada kesalahpahaman di sini," cegah Karna. "Jay tidak mengatakan kalau pelanggan saya seorang perempuan muda sepertimu."

Perempuan yang mengaku sebagai tante yang memesan Karna sudah akan angkat bicara saat pemuda tersebut mengangkat tangan. Dia menerima pesan dari Jailani. Sebuah kontak yang dimintanya. Segera saya Karna menghubungi nomor tersebut, yang sayangnya langsung berbunyi di hadapan Karna. Perempuan tadi, mengangkat ponselnya yang menunjukkan nomor Karna sebagai pemanggil di sana.

"Sial!" lirih, Karna memaki.

Pemuda itu menghela napas. Kemudian menggaruk belakang lehernya. "Maaf atas ketidaksopanan saya. Jujur, saya cukup terkejut."

Perempuan tadi masih berdiri kikuk di hadapan Karna. Kepalanya menunduk, memerhatikan heels yang dikenakannya malam itu.

"Ini salahku. Seharusnya aku jujur sejak awal," cicitnya nyaris tak terdengar.

Tinggi perempuan itu sedada Karna. Dengan perawakan mungil, terlihat nyaman sekali buat dipeluk. Mungkin seusia dengan Karna, atau mungkin kurang.

Lagi-lagi Karna menghela napas. Bagaimanapun dia harus profesional.

"Tidak ada yang salah di sini. Kamu sudah membayar biayanya, jadi saya akan melakukan tugas saya. Termasuk bercinta," Karna mengatakan kata terakhir setengah berbisik. Membuat hawa di depannya mendongak cepat dengan semburat merah di wajah. "Apa kamu yakin?" tanya Karna hati-hati. Dari reaksi yang dia terima, kelihatan sekali kalau perempuan tersebut tak berpengalaman.

Perempuan tersebut mengangguk mantap dengan tatapan penuh keyakinan. Karna tersenyum dibuatnya. Sekaligus bertanya dalam hati, bagaimana masih ada perempuan polos--menurut Karna--yang terjebak di dunia tak seharusnya.

"Ayo kita mulai daftar permintaanmu. Pertama, perkenalkan saya Karna."

Perempuan di depan Karna tersenyum manis, menyambut uluran tangan Karna lalu memperkenalkan diri.

"Arthawidya," balasnya.

Fin
#OneDayOnePost #ODOPBatch5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Asperger, OCD, dan Arsitektur

Judul : Garis Lurus Penulis : Arnozaha Win Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2019 Halaman : 296 halaman Blurb: Tidak banya...