Sarapan

Karna tengah merokok di halaman kostannya saat Jailani datang sembari cengengesan. Duduk bersandarkan pintu dengan sebelah kaki selonjor sebelah lainnya ditekuk. Jailani mengambil tempat di depan Karna.

"Jadi, gimana rasanya merawanin anak orang?"

Batang rokok yang baru setengah habis, Karna lemparkan ke arah Jailani.


"Oy, santai dong!" pekik Jay yang berhasil menghindari puntung rokok yang masih menyala.

"Lain kali, kamu harus lebih hati-hati."

"Yah mana aku tahu. Kita kontakan cuma via sms. Kirain tante-tante tulen."

"Saya nggak mau sampai kejadian lagi."

Kalau Karna sudah pakai 'saya', Jailani nggak berani membantah. Itu artinya Karna sedang dalam mode serius.

"Iya, iya. Lain kali aku telpon buat mastiin. Tapi serius, gimana orangnya cantik nggak? Asoy, yang dapat perawan."

Karna menghela napas sambil membuang pandang. Ke arah jalanan di seberang gang yang memisahkan kostannya dengan keramaian. Insiden semalam serupa mimpi.

Arthawidya.

Perempuan yang merelakan keperawanannya pada orang yang salah. Jelas Karna hanya lelaki yang hadir serupa angin di hidupnya. Tak akan pernah kembali pun bisa saja tak mengingatnya. Namun tentu saja bakal sulit bagi Karna buat lupa.

"Na! Karna! Oi!" balik Jailani melempari Karna dengan puntung rokok bekas yang di temukannya sembarang. Tepat mengenai kening Karna.

Karna menoleh dengan raut dongkol.

"Kenapa, rasanya masih ke bayang-bayang yah? Curang nih nggak mau cerita."

"Saya capek, mau istirahat."

"Lah, terus napa kamu malah duduk di sini?"

"Cari angin," sahut Karna yang beranjak berdiri. Berbalik memutar kunci pintu kostan.

"Jangan molor dulu, aku bawain sarapan. Tunggu!" seperginya Jailani ke kostannya sendiri, Karna berdiri kaku di depan pintu. Dia baru menyadari sesuatu.

Hari itu, Karna terbangun tanpa rasa mual. Tanpa gejolak perut yang memaksanya mengeluarkan seluruh isinya. Karna tertidur pulas setelah persenggamaan selesai. Kemudian bangun cukup siang hingga perempuan bernama Arthawidya menyiapkannya sarapan yang Karna tinggalkan begitu saja.

Karna pergi dengan tergesa, membuatnya tak menyadari sesuatu yang ganjil di pagi itu.

Dia tidak muntah.

Dia tidak muntah.

Dia tidak muntak seperti biasa setelah bercinta dengan para pelanggannya.

Dia tidak muntah.

Betapa kenyataan itu terdengar lucu baginya. Membuat Karna tertawa lahak. Saat itu juga.
Mungkinkah dia sudah sembuh? Apa hal itu hanya berlaku saat dia bersama Arthawidya?

Ah, Arthawidya. Perempuan itu. Karna jadi menyayangkan sarapan yang dibuat perempuan itu untuknya.

Fin
#OneDayOnePost #ODOPBatch5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Asperger, OCD, dan Arsitektur

Judul : Garis Lurus Penulis : Arnozaha Win Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2019 Halaman : 296 halaman Blurb: Tidak banya...