Nama, Doa dan Kutukan

Ada kala, dimana mereka menjadi gila. Frustasi akan segala urusan dunia yang mencekik. Memaksa mereka untuk sejenak menikmati surga kecil ciptaan mereka sendiri.

Menjelang tengah malam, Madea datang mengetuk pintu kostan Karna. Pemuda tersebut sudah akan memaki siapa saja yang berani mengganggu tidurnya. Namun luluh begitu senyum Madea juga wajah lembutnya yang diterpa cahaya lampu.

"Temani aku minum, yah?" katanya sambil mengangkat tinggi-tinggi jinjingan yang dibawa perempuan tersebut.


Mendengus, Karna membuka lebar pintu kostan. Madea melenggang santai kemudian menduduki lantai yang tak jauh dari ambang pintu. Digelarnya isi dari jinjingan yang dia bawa. Beberapa botol bir bermerek yang mengundang siul seorang Karna yang menutup pintu di belakangnya.

"Minuman orang berada memang beda yah?" ledeknya ikut duduk di lantai belakang pintu. Memudahkannya melihat Madea dari jarak yang cukup dekat.

"Harga tahu kualitas," Madea menyentakkan kepala ke arah kumpulan botol di depannya. Karna meraih satu botol lalu membukanya. Menukar miliknya dengan milik Madea yang belum juga terbuka.

"Manisnya," racau perempuan tersebut kemudian menyesap isi dari botol yang di dapatnya dari Karna. Matanya terpejam menikmati sensasi bir yang mengalir di kerongkongannya.

Karna memerhatikan dalam diam. Kemudian ikut menyesap minumannya. Benar kata Madea. Harga tahu kualitas. Cairan yang baru saja melewati kerongkongannya jelas berbeda rasa dari minuman yang biasa dikonsumsinya.

Keduanya larut dalam botol-botol yang mereka kosongkan. Di botol keempat, Madea memulai racauannya. Berbeda dengan Karna yang cukup kuat memertahankan kesadarannya meski botol keempat nyaris tandas.

"Tahu tidak, kalau Karna adalah nama kecil Raja Angga?" tanya Madea. Karna mengangguk. Sudah tahu dengan fakta tentang namanya yang satu itu.

"Ah, nggak seru," kekeh Madea. "Kalau Madea?"

"Penyihir wanita dalam mitologi Yunani. Putri Raja Aietes dari Kolkhis--"

"Yang jatuh cinta pada Iason lalu dibuat buta dengan melalukan segalanya agar Iason mau mengakui keberadaannya," sambung Madea sambil tertawa kecil. "Jangan bilang diam-diam kamu mencari tahu tentang aku?" Madea melirik ke arah Karna dengan senyum tersemat di bibir.

Madea memang cantik, Karna akui. Di usianya yang berkepala empat, sangat tidak mungkin seorang perempuan masih memiliki kecantikan masa mudanya. Ditanya pun ditatap demikian, membuat Karna berdeham salah tingkah.

"Cerita mitologi Yunani dapat menarik perhatian siapa saja," Karna berkilah. Meski memang, diam-diam Karna memasukan kata kunci nama Madea di mesin pencarian.

Madea tidak membahas lagi, membuat Karna bernapas lega diam-diam. Perempuan tersebut kembali meneguk minumannya.

"Kadang aku berpikir, nama seperti sebuah kutukan," racaunya lagi. "Madea, Madea, Madea. Karena dibutakan oleh cinta dia rela mengorbankan segalanya. Keluarga, anak-anaknya, bahkan mungkin hidupnya." kembali Madea meneguk bir yang membuat kepalanya kian melayang.

"Kuharap, kamu tidak bernasib sama dengan Karna di Mahabrata," kekeh Madea yang senyumnya kian melebar.

Karna sempat terdiam mendengar penuturan Madea. Memandangi perempuan tersebut dengan sorot tidak percaya. Ada dua hal yang didapatinya dari kalimat Madea. Jalan hidup perempuan tersebut, juga kenyataan yang menyentak Karna mengenai hidupnya.

"Ah, aku harap demikian," lirihnya diserap dinding kamar yang muram juga dingin malam itu.

Madea sudah jatuh tertidur dalam posisi yang tidak mengenakan. Sementara Karna, memerhatikannya dalam sorot mata yang sulit untuk diartikan. Dia jadi ingin mengamini pernyataan Madea soal nama adalah kutukan. Mungkin benar, bahwa nama adalah doa.

Karna beranjak dari duduknya. Bergerak pelan menghampiri Madea. Tangan pucat kurusnya meraih wajah perempuan tersebut. Menyingkirkan helai rambut yang menghalangi mata Madea, juga mengusap lembut pipi kemerahan perempuan yang hampir seumur dengan ibunya.

"Tidak persis sama, tapi kurang lebih seperti itulah hidup yang kujalani. Sayangnya, aku bukan seorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai ksatria juga raja yang baik bagi rakyatnya atau panglima perang yang bisa diandalkan  para korawa. Aku, Karna yang pengecut dan memilih lari dari masalah. Terjerumus dalam dunia laknat yang mungkin Karna asli akan malu melihatnya. Tapi dari sekian kata makian yang ingin kuucapkan pada hidupku, aku bersyukur dapat bertemu denganmu." mengakhiri kalimatnya, Karna mengecup lembut puncak kepala Madea kemudian tersenyum memandangi raut lelap perempuan tersebut.

Ada rasa yang menyelusup di dada. Rasa yang Karna tidak mengerti apa. Bukan rasa cinta laki-laki pada perempuan seperti seharusnya. Tapi rasa, dimana, kamu akan merasa sedih saat dia sedih, bahagia saat dia bahagia juga terluka saat dia terluka.

Kala itu, Karna tidak menyadari perasaan itu. Yang dia tahu, Madea selalu membutuhkannya, begitu juga Karna membutuhkannya di saat-saat tertentu. Dia belum sepeduli itu pada Madea.

Karena Karna yakin, manusia memang saling membutuhkan. Tapi tidak lebih.

Fin
#OneDayOnePost #ODOPBatch5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Asperger, OCD, dan Arsitektur

Judul : Garis Lurus Penulis : Arnozaha Win Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2019 Halaman : 296 halaman Blurb: Tidak banya...