Save The City: Epilogue? Part II

Serangan pertama terjadi di depan mata Jonghee. Ledakan mirip nuklir menyilaukan mata Jonghee yang sedang membereskan display Flower Shop. Kalau dia tidak salah memperhitungkan, asalnya dari arah Akademi.

"BAPAK! AKADEMI DISERANG!" kalap, Jonghee sampai teriak sambil menjeblak pintu masuk FloShop. Beruntung kacanya nggak sampai pecah.


"ASTAGA, JONG! SIAGA SATU! SIAGA SATU! AYO PERGI KE AKADEMI!" Pak Euijin yang segera keluar dari kantornya balas berteriak. Gawai menempel di telinga kiri dikempit bahu. Tangan pak Euijin sibuk pakai jas.

Maunya Jonghee misuh-misuh. 'Penting banget yah pak, pakai jas sekarang!' Namun urung karena keadaannya sedang tidak memungkinkan.

"Pakai apa pak?! Teleport, portal instant?" berondong Jonghee saat keduanya sudah berhadapan.

Pak Euijin menggersah begitu melihat tampilan di gawainya tidak menunjukkan tanda-tanda menyenangkan. "Ish, kemana sih semua orang."

Perhatiannya kembali dia tunjukkan pada pemagang satu-satunya hari itu. Tak langsung menjawab, pak Euijin seakan kehilangan kata-kata.

"Kita pakai tossa."

Kim Jonghee syok. Owner FloShop yang setengah iblis ini mau ke akademi pakai motor tossa. "Ih, becanda bapak nggak lucu! Nggak bisa gitu kita teleport ke sana, atau seenggaknya pakai portal biar cepet! Darurat pak, darurat!"

"Jong, kalau saya bisa ngapain saya ngusulin pakai tossa!" pak Euijin meradang. Kadang pemagangnya yang satu ini memang agak-agak ... kurang ajar. "Sudah, sana keluarkan motornya, biar saya kunci FloShop dulu."

"Bapak masih mikirin Floshop?"

"Kalo nggak diselamatkan, gimana saya cari duit nanti!" saking kesalnya sama Jonghee, pak Euijin sampai menggeplak kepala gadis tersebut.

"Aduh, duh. Aku lapor ke Komnas Ham loh pak!"

"Nggak bakal kejadian kalo Edentria sampai dikuasai musuh. Cepat siapkan motor tossanya!"

"Ay! Ay! Captain!" Jonghee tak berani lagi membantah. Bergegas gadis itu ke garasi yang berada di sebelah kiri toko, mengeluarkan motor tossa yang biasa dia gunakan buat mengantar kiriman banyak pupuk.

"Ayo pak, berangkat!" ajak Jonghee yang sudah siap di kemudi. Pak Euijin yang baru selesai mengunci toko, berdiri melongo.

"Jong, mending biar saya yang bawa tossanya."

"Heee? Saya duduk di baknya, gitu?"

"Kamu mau dempet-dempetan sama saya begitu?" wajah Jonghee memerah mendengar pertanyaan bosnya. Ditambah, senyum pak Euijin yang minta ditimpuk.

Jonghee pindah posisi sambil menggerutu. "Tau begini, aku mau bawa Will buat standby jadi kendaraan."

"Nanti kalau sudah kaya, saya beli mobil yang muat buat sepuluh orang, Jong!" mendengar celotehan Jonghee membuat Pak Euijin berkelakar yang tidak perlu di saat yang salah.

"Sekalian aja beli bis, pak."

"Pegangan!"

Tidak sempat mendebat pak Euijin, kendaraan yang mereka tumpangi melaju secepat kilat membelah jalanan Tesshu yang ramai dengan orang-orang yang memerhatikan langit akademi yang memerah. Jonghee ikut-ikutan menengadah. Karena kebanyakan debat dengan pak Euijin, Jonghee jadi baru memerhatikan. Ada lubang hitam di langit yang berada tepat di atas akademi. Mungkin penyebab ledakan tadi. Yang mencengangkan, dari lubang tersebut keluar titik-titik hitam yang belum bisa Jonghee pastikan apa. Bukan hal bagus pastinya.

"Pak, cepetan! Aduh, gawat!"

"Ini udah yang paling cepat, Jong!"

Fin

#OneDayOnePost #ODOPBatch5 #TantanganPekanVIIDay2 #BismillahLulus

2 komentar:

Asperger, OCD, dan Arsitektur

Judul : Garis Lurus Penulis : Arnozaha Win Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2019 Halaman : 296 halaman Blurb: Tidak banya...