Save The City: Epilogue?

Katanya, menjelang kematian seseorang akan melihat kilas balik semasa hidupnya.

Hak itulah yang dialami Jonghee saat ini.

Dimana saat-saat terbaik juga terburuk dalam hidupnya, terhampar di hadapannya.

'Sudah berakhir ... yah?' tanyanya kemudian mulai memejamkan mata.

"Kim Jonghee!"

Seseorang baru saja menyerukan namanya. Jonghee tidak yakin siapa. Kelopak matanya terasa berat untuk bergerak. Memastikan serta mengingat orang terakhir yang menyerukan namanya. Tapi rasa kantuk, mulai merenggut kesadarannya.

"Kim. Jong. Hee!"

'Aku mengantuk.'


***

Selasa, 14 Juni 2022

Kupikir, Edentria akan selamanya baik-baik saja sebelum kutulis catatan ini.

Medan sihir yang melindungi pulau, akan mampu menghalau sihir jahat yang ingin mengacau kedamaian Edentria.

Tapi, saat catatan ini dibuat, Edentria bergerak menuju ke kehancuran. Hanya beberapa orang yang benar-benar dapat diandalkan. Dan setengahnya adalah manusia.

Makhluk fana yang membutuhkan makan, minum, juga beristirahat.

Benteng yang kami temukan pun, tidak mungkin bertahan cukup lama. Kami harus keluar dari pulau. Atau mencari cara bagaimana merebut kembali pusat kota yang berhasil diduduki makhluk-makhluk menjijikan tak berperasaan.

***
Selasa, 07 Juni 2022

"Jong, ada pesanan buket mawar yang harus dikirim ke beberapa tempat, tolong kamu antarkan. Biar toko saya yang jaga." Lee Euijin, selaku Pembina Akademi (PA) sekaligus owner Flower Shop, keluar dari ruangannya sembari mengotak-atik gawai digenggaman.

"Tentu! Kirim kemana pak?" Jonghee selalu bersemangat mendapat pesanan. Selain bisa berkeliling Edentria, gadis itu juga bisa sedikit refreshing. Seharian di toko membuatnya jenuh. Secara dia tidak tahan dengan keheningan.

"Kamu catat dulu, lalu segera siapkan mawarnya."

"Okidoki!" sigap, Jonghee meraih alat tulis yang tersedia di meja yang diperuntukkan bagi pegawai. Setelah mengamati alamat yang baru saja disebutkan PA Euijin, gesit Jonghee menyiapkan beberapa tangkai mawar yang akan dirangkai nantinya.

"Hah, gara-gara isu yang beredar, FloShop jadi makin sepi pengunjung saja." menempati kursi yang tadi Jonghee duduki sepanjang hari, PA Euijin memerhatikan jalanan di balik dinding kaca FloShop.

"Sekuriti belum bisa menangkap menyebar isu, pak?" di sela-sela kegiatannya merangkai bunga, Jonghee sempat melirik ke arah PA Euijin sekilas.

"Seandainya saya punya akses ke sana, Jong."

"Loh, memangnya Pembina Akademi seperti bapak tidak bisa dapat bocoran informasi begitu saja?" Jonghee heran. Wajar saja bagi dia yang murid tidak tahu apa-apa. Tapi kalau staf macam PA Euijin saja tidak tahu, rasanya aneh sekali.

"Sekuriti itu ranahnya Runako. Kalau moodnya sedang tidak bagus, jangankan buat buat menanyakan hal-hal seperti itu, menyapanya saja kamu bakal berpikir ulang."

"Bagaimana dengan anak-anak sekuriti itu sendiri, pak?"

"Mereka seperti dibuat sibuk oleh Runako. Tidak ada satupun sekuriti yang tidak bekerja. Kalau tidak patroli, mereka diminta menunggu bodyguard center, memantau keadaan akademi setiap saatnya. Karena bagaimanapun juga, Akademi jadi tempat pertahanan terakhir pulau ini."

"Cerita bapak kok horor banget yah?" tertegun, Jonghee sampai harua menghentikan pekerjaannya.

"Saya hanya menyebutkan apa yang saya tahu, Jong. Mudah-mudahan saja itu hanya hal iseng yang dilakukan segelintir remaja yang membutuhkan perhatian."

Jonghee tak menyahut. Dia yakin pak Euijin mengerti keterdiamannya. Semua orang juga menginginkan hal yang serupa. Bahwa nyatanya, gosip yang beredar hanya sebuah keisengan belaka.

FIN

#OneDayOnePost #ODOPBatch5
#TantanganPekanVII #Day1

4 komentar:

Asperger, OCD, dan Arsitektur

Judul : Garis Lurus Penulis : Arnozaha Win Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2019 Halaman : 296 halaman Blurb: Tidak banya...