Save The City: Epilogue? Part IV

Bilah dari sebuah tombak sudah akan membelah punggung Jonghee seandainya Logan Herondale tidak memperingatkan gadis tersebut. Refleks saja sebuah barrier angin Jonghee ciptakan. Menahan mata tombak di udara.

Sosok penyerangnya menyeramkan. Sebuah bayang-bayang hitam dengan lubang mata juga mulut semerah darah. Jonghee sampai tercengang dibuatnya. Sepersekian detik, gadis itu hanya termangu.


Tiba-tiba saja, dua bongkah tanah menghimpit bayangan tersebut di kanan kiri. Membuatnya kehilangan ruang gerak namun tetap berontak. Barrier Jonghee berubah wujud serupa tombak. Dengan sedikit penguatan di bentuk serupa bilah, Jonghee melontarkan tombak tersebut. Menancam tepat di dahi. Bayang tersebut berhenti bergerak. Kemudian, selayaknya sebuah bayangan, sosoknya terburai begitu saja.

"Hati-hati, Jong!" Logan datang kemudian. Tanah yang memenjara makhluk tadi hilang seketika.

Kesalahan fatal kedua Jonghee. Kalau tidak diingatkan, mungkin kini gadis itu sudah meregang nyawa. Napas Jonghee memburu. Wajar saja setelah mengerahkan banyak tenaga juga energi sihir. Belum lagi kejutan yang baru menimpanya.

"Sebenarnya ada apa, Log? Kok bisa akademi diserang gitu aja?" Jonghee meraih Dwei yang sedari tadi berdiri di sampingnya.

Jonghee lepaskan penyatuan keduanya. Menggantung di kanan kiri tubuh.

"Edi sama Novi lagi cari tahu penyebabnya. Dengan nggak adanya KA sama Miss En, lumayan sulit buat mendeteksi pemyebab kebocoran medan sihir yang ada."

"Bu Fat sama Pak Ori kemana?" sembari mengobrol, baik Jonghee maupun Logan sempat-sempatnya nebas satu dua kelelawar.

"PA Fat sama Pak Ori lagi evakuasi warga sekitar akademi. Buat jaga-jaga. Masalahnya, nggak semua siswa mumpuni buat melawan kelelawar ini," keluh Logan.

Wajar saja cowok kacamata itu bilang demikian. Akademi sedang libur pembelajaran. Sebagian besar siswanya pulang kampung. Yang tersisa tidak sampai setengahnya. Itu pun yang level lima nggak sampai sepuluh orang.

Sibuk tebas sana sini, Jonghee menengadah ke langit. Pada lubang yang terus mendatangkan kelelawar-kelelawar ini.

"Nggak ada cara buat nutup lubang itu, Gan? Kayaknya kita nggak bisa terus-terusan begini," tanya Jonghee.

"Itu lubang semacam portal kayaknya, pengetahuan soal portal aksesnya udah ditutup."

Yang intinya dia nggak tahu apa-apa. Inginnya Jonghee menggetok kepala Logan. Itu juga Jonghee tahu. Nggak memberikan solusi sama sekali.

"Hm, terus saja begini sampai kita kehabisan tenaga," sarkas Jonghee.

"Mungkin Pak Ori bisa kasih solusi," usul Logan yang menebas satu kelelawar sampai percikan darah makhluk itu menodai pipinya. Manik dibalik kacamata yang membingkai berkilat sejenak. Saat Jonghee berkedip kilatannya menghilang.

"Mau kucarikan?" Jonghee mengajukan diri.

"Tolong, yah! Pak Ori kayaknya ada Setra atau Salvatore. Aku nggak yakin, sih." sempat-sempatnya pemuda itu menggaruk pelipis.

"Aku serahin di sini sama kamu, jangan sampai kalah dulu."

"Tenang, Jong. Kita nggak mungkin kalah gitu aja." setelah Logan berkata demikian, kilatan di matanya kembali muncul. Jonghee tidak yakin apa. Tapi dia merasakan sesuatu yang tidak baik.

"Aku pergi," pamit Jonghee setengah hati.

Pertama-pertama, Jonghee harus mencari Kim's Army.

Fin

#OneDayOnePost #ODOPBatch5 #TantanganPekanVIIDay4 #BismillahLulus

2 komentar:

  1. kenapa pakai nama Edi dan Novi, mb Cahya?
    agak ganjil karena dari awal nama tokoh2nya kan khas seperti jonghee, hehhehe,,, Next....

    BalasHapus
  2. Wuah... semoga ada cara untuk menutup portal ya.

    BalasHapus

Asperger, OCD, dan Arsitektur

Judul : Garis Lurus Penulis : Arnozaha Win Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2019 Halaman : 296 halaman Blurb: Tidak banya...