Sekar

Namanya Sekar. Itu yang diketahui Karna, Madea juga Jailani setelah gadis tersebut berpakaian rapi. Dengan rambut dikucir, hasil karya Madea, Sekar berkata dengan terbata. Tahulah semua orang jika Sekar tidak bisa berbicara.

Gadis tersebut terus menunduk. Tidak ingin melihat tatapan merendahkan dari orang-orang di sekelilingnya. Dia terlalu takut. Takut dengan beragam reaksi yang sudah sering diterimanya.


"Sekar. Nama yang cantik." meski demikian, Karna tidak merasa risih. Malah mengusap sayang puncak kepala Sekar. Ingin gadis itu menangis saat itu juga.

"Sebentar," Madea menghilang setelah berpamitan. Mungkin syok melihat keadaan Sekar.
"Ini," diangsurkannya sebuah bolpoin juga note berukuran lima belas kali lima belas ke hadapan Sekar. "Bukannya aku mau merendahkanmu, Sekar. Tapi kamu tahu, kami di sini tidak ada yang bisa bahasa isyarat. Mungkin ini terdengar kasar, tapi, kami selalu ingin tahu apa yang kamu rasakan, apa yang ingin kamu sampaikan. Kuharap, note itu bisa jadi perantara perasaanmu, Sekar."

Tangis Sekar pecah, kemudian dia menghambur memeluk Madea. Rasanya, baru kali ini dia mendapar perlakuan demikian. Seseorang yang menganggap keberadaannya. Orang yang menghargainya.

Baik Jailani juga Karna, saling memalingkan wajah. Tidak ingin melihat adegan di hadapan mereka. Terlalu mengharukan. Yang ada mereka ikutan menangis.

"Kalau begitu, Sekar tinggal sama saya, yah?" pinta Madea sambil mengusap-usap puncak kepala Sekar. Gadis itu mendongak dengan lelehan air mata di pipi. Mata bulatnya memandang bingung ke arah Madea. Refleks saja kepalanya menoleh ke arah Karna.
Madea ternyata. Cukup mudah menebak isi hati Sekar.

"Yasudah, tidak apa-apa kalau memang mau tinggal sama Karna," Sekar menunduk. Dia tidak bermaksud menyakiti perasaan siapapun. "Aku 'kan masih bisa ketemu nanti, masih bisa main ke sini juga." hibur Madea kemudian.

"Oh, iya. Berapa usiamu?"

Sekar mengacungkan kedua tangannya. Satu berjumlah lima, satunya lagi satu.

"Lima belas tebak Madea?" Sekar menggeleng.

"Ah, kalau begitu pasti enam belas." Sekar mengangguk semangat.

Madea kemudian melirik ke arah Karna yang kebetulan sedang memandangi mereka. Keduanya bertemu pandang. Karna yang memutuskan pertama. Mencari-cari objek untuk dipandangi.

"Baik-baik tinggal di sini, yah? Kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungin saya kapan aja atau Jailani. Pokoknya, kalau makhluk itu," tunjuk Madea ke arah Karna, "berbuat yang tidak-tidak, kamu bisa lari ke kost-an Jay atau hajar langsung juga tidak masalah."

"Hey!" protes Karna. Seolah dia seberbahaya teroris. Jailani terkikik di sebelahnya.

Namun selayaknya seorang putri yang mematuhi ibunya, Sekar mengangguk kemudian.

"Gadis pintar," puji Madea.

Setiap harinya sejak Sekar tinggal bersama Karna, Madea jadi rajin mengunjungi kost-an pemuda tersebut. Tidak lain dan tidak bukan untuk mengunjungi Sekar. Menanyakan harinya, kegiatannya, juga makannya. Tidak segan-segan Madea bakalan memahari Karna jika saja pemuda itu tidak memperlakukan Sekar dengan baik.

"Sebenarnya, siapa sih ibunya?" ejek Karna yang lama-lama bosan terus dimarahi dan disambangi Madea.

"Kamu harusnya ngerti. Masa anak-anak kamu perlakukan tidak layak," sahut Madea secepat kereta.

"Sekar, mulai besok Sekar belajar menjahit yah?" pertanyaan Madea sontak membuat beberapa pasang mata menatap ke arahnya.

Hal ini yang mengganggu pikiran Madea dua minggu terakhir. Bidang apa kiranya yang bisa digeluti Sekar. Dan menurutnya, menjahit jadi hal yang pas.

"Kalau sudah bisa menjahit, Sekar bisa buka usaha sendiri. Biar mandiri. Tapi kalau Sekar tidak mau, tidak apa-apa," jelas Madea penuh kelembutan.

Butuh beberapa detik buat Karna termenung memikirkan usulan Madea. Selama ini, dia tidak memikirkan kebutuhan Sekar. Hanya makanan juga pakaian. Sedangkan masa depan gadis itu?

Diliputi ragu, Sekar menoleh ke arah Karna, meminta persetujuan. Karna yang merasa dipandangi, tersenyum tipis ke arah Sekar, kemudian mengangguk.

Tersenyum lebar, Sekar mengangguk bersemangat ke arah Madea. Wanita di depannya menyambut Sekar dalam pelukan. Merasa bahagia dengan keputusan gadis kecil asing yang mereka temukan. Sementara Sekar, dia senang ada hal yang bisa dilakukan. Dan Madea telah memberinya jalan.

FIN

#ONEDAYONEPOST #ODOPBatch5

6 komentar:

  1. Madea itu malaikat banget ya ^_^
    Suka...
    Lanjut ;-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hm, padahal mau dibikin badas XD
      Alhamdulillah~ ><

      Makasih udah mampir~ :*

      Hapus
  2. Balasan
    1. Alhamdulillah~ ><

      Makasih udah mampir~ :*

      Hapus
  3. Aku bacanya kok rasanya pengen nangis ya
    😢😭

    BalasHapus
  4. Ya Allah... Keren banget sih si Madea.. calon emak teladan..
    Eehh.. madea cewek kan?

    BalasHapus

Asperger, OCD, dan Arsitektur

Judul : Garis Lurus Penulis : Arnozaha Win Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2019 Halaman : 296 halaman Blurb: Tidak banya...